Jumat, 04 November 2011

GAMBAR BEBERAPA TOKOH SOSIOLOGI

Ibnu Khaldun  


  
                                                                        Max Webber


                                                                          Karl Marx




                                           

                                                                      
                                                                      Herbert Spencer



                                                                      Koentjaraningrat



                                                                            Auguste Comte
                       


                                                                            Althusser



                                                                     Anthony Giddens




                                                                   Claude Levis Strauss




                                                                     Raymond Aroon




                                                                      Pierre Bordeau

                                                                      

                                                                         Talcot Persons




                                                                     Emile Durkheim



                                                                    John Lewis Gillin




Kamis, 03 November 2011

MOBILITAS SOSIAL

A.  Pengertian Mobilitas Sosial.
       Kata mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia istilah yang sepadan dengan kata itu dan lazim digunakan adalah perpindahan, gerak atau gerakan. Dengan demikian mobilitas sosial diartikan sama dengan istilah perpindahan sosial, gerak sosial, atau gerakan sosial.
      Mobilitas Sosial adalah gerak perpindahan individu atau kelompok dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya. Masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka memiliki tingkat mobilitas yang tinggi dibandingkan dengan sistem pelapisan sosial tertutup, yang biasanya mempunya tingkat mobilitas sosial rendah, seperti yang terlihat pada masyarakat dengan sistem kasta.
      Mobilitas Sosial dapat diartikan sebagai perpindahan orang atau kelompok oraang dari strata sosial yang satu ke strata sosial yang lain. Sedangkan mobilitas geografik ialah perpindahan orang atau kelompok orang dari suatu daerah  ke daerah lain. Perpindahan ini sering disebut dengan kata migrasi. Didasarkan pada lokasinya, migrasi dibedakan menjadi beberapa jenis, anatara lain imigrasi, emigrasi, transmigrasi, urbanisasi dan seterusnya.

B.   Bentuk-bentuk Mobilitas sosial
       Mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi mobilitas sosial vertikal, mobilitas sosial horizontal, dan mobilitas sosial antargenerasi.

  1. Mobilitas Sosial Vertikal
       Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan kedudukan sosial seseorang atau kelompok anggota masyarakat yang berbeda stratanya. Contoh :
o   Guru biasa menjadi Kepala Sekolah.
o   Pegawai golongan III/c naik menjadi III/d.
o   Seorang berpangkat Sersan turun menjadi kopral, karena melanggar disiplin.

     Menurut sifatnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal naik (sosial climbing) dan mobilitas sosial vertikal turun (sosial sinking).
a.      Mobilitas Sosial vertikal naik (sosial climbing), yaitu perpindahan kedudukan sosial seseorang atau kelompok anggota masyarakat dari lapisan sosial rendah ke lapisan sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat.  Mobilitas sosial vertikal  naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu :
1) Masuknya individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah tersedia.
Contoh : seorang kepala bagian diangkat menjadi manajer perusahaan.
2).  Pembentukan suatu kelompok baru, kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan pembentuk kelompok tersebut.
Contoh :  Dewan pengurus suatu organisasi yang dibentuk melalui rapat anggota.

b.      Mobilitas Sosial vertikal turun (sosial sinking), yaitu perpindahan kedudukan sosial seseorang atau kelompok anggota masyarakat dari lapisan sosial yang lebih tinggi ke dalam lapisan sosial yang lebih rendah. Mobilitas vertikal turun juga mempunyai dua bentuk utama, yaitu :
1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya. Contoh : seorang hakim menjadi narapidana.
2)  Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi dalam kelompok sebagai kesatuan. Contoh : Rezim Soeharto jatuh dari kekuasaannya.

2.   Mobilitas Sosial Horizontal
      Mobilitas sosial horizontal, yaitu perpindahan kedudukan sosial seseorang/kelompok anggota masyarakat dalam lapisan sosial yang sama atau sederajat. Mobilitas sosial horozontal dapat terjadi karena seseorang beralih kewarganegaraan, mengadakan transmigrasi, urbanisasi, atau beralih pekerjaan yang sederajat. Contoh: Kepala SMA Negeri 1 Kedamean dimutasi menjadi kepala SMA Negeri 1 Cerme.

3.   Mobilitas Sosial Antargenerasi
       Mobilitas Sosial antargenerasi yaitu perpindahan kedudukan sosial atau anggota masyarakat yang terjadi antar dua generasi atau lebih. Misalnya, generasi oarang tua (ayah dan ibu) dengan generasi anak.
Mobilitas sosial antargenerasi di bedakan menjadi dua, yaitu mobilitas sosial intergenerasi dan mobilitas sosial intragenerasi.
a.      Mobilitas sosial intergenerasi
Mobilitas sosial intergenerasi yaitu perpindahan kedudukan sosial seseorang/anggota masyarakat yang terjadi di antara bebrapa generasi dalam satu keturunan. Misalnya, dari generasi kakek, orang tua (ayah dan ibu), dan anak.
b.      Mobilitas sosial intragenerasi
                  Mobilitas sosial intragenerasi yaitu perpindahan kedudukan sosial seseorang atau 
                  anggota kelompok masyarakat yang terjadi dalam satu generasi yang sama 
                  Misalnya,      mobilitas  sosial yang terjadi pada generasi anak, ada anak pertama, 
                  kedua, dan ketiga
C.    Faktor-faktor Pendorong Mobilitas Sosial
       Menurut pengamatan para ahli ilmu sosial terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap mobilitas manusia, yaitu:
1.      Status Sosial
      Setiap manusia yang dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika dilahirkan tersebut tidak ada seorang pun yang dapat memilih statusnya sendiri. Status dipaksakan oleh keadaan untuk diterima, tidak peduli apakah ia senang atau tidak di kemudian hari. Seseorang tidak dapat menolak kedudukan ayahnya yang misalnya sebagai petani atau seorang buruh. Setelah dia besar dan dapat menilai keadaan dirinya dan keluarganya serta lingkungannya, ia dapat menggunakan kemampuannya untuk menerima atau menolak keadaan (nasib) itu. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh kedua orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri di lapisan sosial yang lebih atas, tentu saja dengan melihat kemampuan dan jalan yang ditempuh. Tidak sedikit yang dapat dijadikan sebagai contoh orang yang berhasil meraih kedudukan sosial yang lebih tinggi dari kedudukan sosial orang tuanya. Misalnya : anak seorang kuli bangunan menjadi sarjana nuklir.

2.      Keadaan Ekonomi
        Banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal mereka menjadi tandus karena sumber daya alam. Penduduk yang tidak mau menerima nasib ini kemudian berpindah ke daerah lain (bermigrasi) atau ke kota besar (berurbanisasi) untuk memperbaiki nasib. Secara sosiologis orang yang demikian ini mengalami mobilitas.

3.      Situasi politik
     Keadaan politik yang tidak menentu dan mempengaruhi situasi keamanan suatu negara bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman, atau bisa juga disebabkan oleh sistem politik pemerintah yang tidak mereka setujui karena bertentangan dengan hati nurani atau paham yang mereka anut. Misalnya pengungsi Timor Leste, Vietnam, Irak, dan sebagainya.

4.      Motif-motif Keagamaan
         Fakta sejarah telah mencatat bahwa motif keagamaan dapat mendorong terjadinya mobilitas manusia. Hal ini didorong oleh adanya kewajiban untuk menyebarkan ajaran agama kepada masyarakat atau bangsa lain atau adanya diskriminasi agama, sehingga ia merasa tertekan dan tidak leluasa beraktivitas dengan agama yang dianutnya, maka bisa jadi ia berpindah agama atau berpindah tempat kediaman.

5.   Faktor kependudukan (demografi)
        Faktor kependududkan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Perubahan jumlah penduduk yang pesat mengakibatkan sempitnya tempat pemukiman di satu pihak dan kemiskinan di pihak lain. Keadaan demikian mendorong sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain. Misalnya kepadatan penduduk di pulau Jawa mendorong penduduk jawa mengikuti program transmigrasi.

6.   Keinginan Melihat Daerah Lain
        Adanya keinginan melihat daerah lain akan mendorong manusia untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat lain, misalnya turisme.
D.  Beberapa Cara yang Digunakan untuk Mobilitas ke Atas
1.   Perubahan standar hidup
Naiknya penghasilan belum tentu menaikkan status secara otomatis, tetapi merefleksikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Hal ini akan mempengaruhi peningkatan status.
  1. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosialnya, seseorang dapat berpindah rumah ke lingkungan kelas yang lebih dengan menjalankan suatu standar dan gaya hidup tertentu, sesuai dengan yang dimiliki oleh kelas yang lebih tinggi.
  1. Perubahan tingkah laku
Orang yang berusaha menaikkan status sosialnya akan berusaha mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku dan sifat kelas yang lebih tinggi termasuk cara berpakaian, kebiasaan, ucapan, dan kegemaran lainnya.
  1. Perubahan nama
Dalam masyarakat tertentu sebuah nama mengidentifikasi posisi sosial dari orang yang bersangkutan. Mengganti nama dengan status sosial yang lebih tinggi merupakan suatu cara untuk menaikkan status sosialnya.
  1. Perkawinan
Melakukan perkawinan dengan orang yang berasal dari status sosial yang lebih tinggi merupakan suatu cara untuk menaikkan status sosialnya.
  1. Bergabung dengan asosiasi tertentu
Menjadi anggota atau pengurus suatu organisasi tertentu dapat menaikkan gengsi seseorang.

E.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
a.      Perubahan kondisi sosial
Struktur sosial kelas dan kasta dalam masyarakat dapat berubah karena terjadinya perubahan dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri.
b.      Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat merupakan bukti adanya fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial
c.       Komunikasi yang bebas
Komunikasi yang bebas akan memudarkan semua garis batas di antara stratifikasi sosial yang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan kelas.
d.      Pembatasan kerja yang menuntut keterampilan khusus
Jika tingkat pembagian kerja sangat dispesialisasikan maka mobilitas akan menjadi lemah, karena akan menyulitkan perpindahan strata sosial.
e.       Tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda
Tingkat kelahiran yang tinggi dari kelas-kelas yang lebih rendah membatasi anggota-anggota keluarganya meningkat secara sosial karena rendahnya tingkat kehidupan secara ekonomis.

F.   Faktor-faktor Penghambat Terjadinya Mobilitas Sosial
a.      Perbedaan ras dan agama dalam kaitan dengan status sosial.
Contoh : Sistem kasta di India dan politik rasialis di Afrika Selatan.
b.      Adanya diskriminasi kelas.
Contoh : Pembatasan keanggotaan dari organisasi tertentu.
c.       Pengaruh sosialisasi yang sangat kuat.
Contoh : Anak-anak dari kelas menengah diajar dan dilatih untuk menyesuaikan diri dengan kelasnya dalam peranan, harapan, nilai, dan norma yang ada.
  1. Kemiskinan
Kemiskinan dapat membatasi kesempatan seseorang untuk dapat berkembang dan mencapai kemajuan sosial
  1. adanya perbedaan jenis kelamin / gender
Contoh : Kebanyakan masyarakat lebih cenderung memandang pria lebih tinggi dan lebih mudah menduduki posisi tertentu dibanding wanita.

G.  Saluran Mobilitas Sosial Vertikal
Menurut Pitirim A. Sorokin, gerak sosial yang vertikal memiliki saluran-saluran dalam masyarakat.
Proses gerak sosial melalui saluran itu disebut Sirkulais Sosial (sosial circulation).
Saluran-saluran yang terpenting adalah :
  1. Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata memainkan peranan penting dalam masyarakat dengan sistem meliterisme atau masyarakat yang berada dalam keadaan perang. Seorang prajurit rendah karena jasa-jasanya dapat menanjak naik ke kedudukan yang lebih tinggi dan mendapatkan kekuasaan serta wewenag yang besar.
  1. Lembaga keagamaan
Lembaga keagamaan merupakan saluran yang penting bagi mobilitas sosial vertikal. Agama mengajarkan bahwa manusia memiliki derajat yang sama/sederajat, maka para tokh agama berjuang keras untuk meningkatkan kedudukan orang-orang yang masih menempati kedudukan rendah dalam masyarakat.
  1. sekolah
Lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan saluran kongkret dari mobilitas sosial vertikal, bahkan sekolah dapat dianggap sebagai sosial elevator yang bergerak dari kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Di masyarakat dapat diamati kedudukan-kedudukan yang bia ditempati oleh orang-orang lulusan SD, SMP, SMA, Akademi, Universitaf, dan seterusnya.
  1. Organisasi Politik, ekonomi, dan keahlian
o   Organisasi politik seperti misalnya partai politik, dapat memberikan peluang besar bagi anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Seorang anggota partai yang pandai beragitasi, berorganisasi, mempunyai kepribadian yang baik, mempunyai aspirasi yang baik, dan sebagainya dapat meraih kedudukan yang terpandang dalam masyarakat, misalnya duduk sebagai anggota DPR.
o   Suatu Organisasi ekonomi bagaimanapun wujudnya, apakah asembling mobil, perusahaan expor-import, biro perjalanan, suplier komputer, dan seterusnya merupakan organisasi-organisasi yang memegang peranan penting sebagai saluran gerak vertikal. Apapun ukuran yang dijadikan dasar sistem lapisan sosial, biasanya orang memiliki kekayaan (harta benda) akan menempati setrata tinggi dalam sistem lapisan sosial. Dengan demikian apabila suatu organisasi ekonomi akan menjadi semakin besar dan maju, orang di dalamnya akan mengalami gerak vertikal naik. Namun, sebaliknya kalau organisasi ekonomi itu gulung  tikar, maka orang di lamnya akan mengalami gerak sosial vertikal mundur/menurun.
o   Organisasi keahlian, misalnya himpunan sarjana ilmu pengetahuan tertentu, ikatan cendikiawan, persatuan sastrawan, ikatan pelukis, persatuan guru, dan sebagainya merupakan wadah yang menampung individu dengan keahliannya masing-masing untuk diperkenalkan kepada masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan seorang pelukis, misalnya, mendapat nama dan dianggap menduduki lapisan atas dalam masyarakat.

  1. Perkawinan.
Perkawinan juga merupakan saluran bagi mobilitas sosial vertikal, misalnya seorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial yang lebih atas,  akan mengalami mobilitas sosial vertikal naik, dan sebaliknya, seorang yang menikah dengan orang yang berasal dari lapisan sosial yang lebih rendah, akan mengalami gerak sosial vertikal turun. Hal semacam ini tampak nyata pada masyarakat berkasta, misalnya Bali. Walaupun batasan-batasan antar kasta tidak seketat yang ada di India, namun dalam hal perkawinan, apabila seorang gadis menikah dengan seorang pemuda yang kastanya lebih rendah, maka bagi si gadis hal itu adalah pelanggaran norma kasta. Ia harus dihukum dan dikelurkan dari kastanya.

H.  Konsekuensi Dari Mobilitas Sosial
      Sesuai dengan pengertian mobilitas sosial yang telah dikemukakan di atas, bahwa mobilitas sosial merupakan perpindahan seseorang atau kelompok ddari suatu kedudukan sosial tertentu ke kedudukan sosial yang lain, baik yang sederajat maupun yang tidak sederajat, maka mobilitas sosial mengandung pengertian  perubahan atau proses. Sebagai suatu proses atau perubahan yang terjadi dalam masyarakat, mobilitas sosial akan membawa beberapa konsekuensi. Seperti halnya bentuk perubahan lain dalam masyarakat. Jika perubahan itu diikuti dengan penyesuaian terhadap kondisi baru, maka individu yang mangalami perubahan iru tidak akan menghadapi masalah. Namun, apabila penyesuaian terhadap kondisi baru tersebut tidak dapat berlangsung, maka akan timbul persoalan sebagai konsekuensi adanya perubahan-perubahan. Konsekuensi itu berupa proses sosial yang tidak disosiatif, misalnya konflik. Konflik sebagai konsekuensi dari mobilitas sosial dapat berupa konflik antar kelas, antar kelompok sosial, atau antar generasi.
  1. Konflik Antar Kelas Sosial
Pada bagian depan telah dikemukakan mengenai bentuk utama dari mobiltas sosial vertikal, antara lain masuknya individu-individu ke dalam kelas-kelas sosial baru, baik yang tinggi atau yang lebih rendah. Kemudian pembentukan kelompok sosial baru oleh individu-individu, dan seterusnya. Dengan adanya hal-hal tersebut, keseimbangan dalam masyarakat menjadi terganggu. Gangguan keseimbangan ini tentu saja berkaitan dengan kepentingan dari individu atau kelompok, sehubungan dengan adanya orang-orang baru atau adanya kelompok-kelompok baru dalam suatu kelas sosial. Kepentingan yang dimaksud dapat berupa kepentingan ekonomi, politik, maupun kepentingan sosial yang lain, contoh : konflik antar kelas sosial, antara lain konflik antara majikan dan kelompok buruh sehubungan keinginan kelompok buruh menaikkan kdudukan sosialnya, misalnya melalui kenaikan upah.

  1. Konflik Antar Kelompok Sosial
Kesimbangan hubungan sosial dalam masyarakat dapat terganggu pula oleh naik atau turunnya kedudukan kelompok-kelompok sosial yang ada, sehingga akan menimbulkan kolnflik antar kelompok, misalnya konflik rasial. Dalam hal ini pihak-pihak yang bertentangan menyadari adanya perbedaan-perbedaan dalam diri mereka yang seringkali menimbulkan pertentangan.
Sebenarnya, pertentangan rasial itu bukan semata-mata karena perbedaan ciri-ciri badaniah, tetapi juga (dan ini yang lebih penting) bentrokan karena kepentingan sosial lain, ditambah lagi misalnya satu kelompok ras berada dalam kedudukan minoritas. Dapat juga terjadi konflik antara partai politik yang satu dengan yang lain dapat saja saling berusaha menyingkirkan atau membuat pihak lain tidak berdaya dalam rangka memenangkan pemilihan umum untuk mencapai kedudukan dalam pemerintahan.

  1. Konflik Antar Generasi
Perbedaan kedudukan antara generasi satu denga generasi sebelumnya tidak jarang menimbulkan konflik antar generasi, yaitu anatar golongan tua dan golongan muda. Naiknya golongan mudak ke kedudukan yang lebih tinggi sering menjadikan adanyan kesombongan generasi mudah kepada generasi tua yang dianggap generasi terbelakang, kuno, kolot, dan seterusnya. Sebaliknya, generasi tua yang sering beranggapan bahwa pola hidup atau kebudayaan mereka selama ini paling mulia dan utama, sehingga pola hidup atau kebudayaan yang berkembang dan hidup pad kelompok generasi muda yang telah mempunyai kedudukan sosial yang berbeda denmgan mereka dianggap telah melenceng atau menyimpang dsari adat mereka. Keadaan semacam ini memungkinkan timbulnya kolflik antar generasi. Padahal apabila masing-masing pihak dapat saling menyesuaikan diri dengan keadaan baru, konflik antar generasi ini tidak perlu terjadi. Memang persoalan utama dari setiap perubahan adalah sulitnya menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

  1. Konflik Status dan Konflik Peran
Dalam diri individu yang mengalami mobilitas sosial itu pun, jika tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan baru akan mengalami konflik yang bersiafat individu, misalnya dalam bentuk konflik status atau konflik peranan. Apa yang dimaksud konflik status atau konflik peranan ?
Konflik status artinya pertentangan antara satu status dengan status yang lain dalam diri seseorang individu yang disebabkan oleh adanya kepentingan dari status itu yang saling bertentangan.
Konflik status terjadi karena setiap individu umumnya menyandang berbagai status sekaliogus. Konflik status ini akan muncul biasanya apabila status yang satu dengan satus yang lain muncul secara berbarengan. Misalnya, seorang polisi muda sedang bertugas menertibkan pemakai jalan raya. Suatu saat terjadi pelanggaran aturan lalulintas yang dilakukan oleh seorang gadis yang secara kebetulan adalah pacarnya. Dalam kasus ini terjadi dua status yang aktif dalam diri seorang polisi tadi dan masing-masing status mempunya kepentingan yang saling berbeda, yakni pertama, statusnya sebagai polisi yang bertugas menindak pemakai jalan raya yang melanggar peraturan, dan kedua, statusnya sebagai pacar si gadis yang dal;am hal ini mempunyai kepentingan untuk melindungi. Maka, terjadilah konflik status dalam diri seorang polisi muda dalam contoh ini. Konflik status di atas akan diikutui dengantimbulnya konflik peranan.
Konflik Peranan adalah, suatu keadaan dalam diri seseorang individu dimana individu tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya/perannya sesuai denganstatus yang disandangnya tersebut.
Disamping konsekuensi konflik berbentuk seperti diuraikan di atas, mobilitas sosial dalam masyarakat juga mempunyai keuntungan.  Keuntungan itu dapat dirasakan oleh para warga masyarakat apabila mereka dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang baru yang ditimbulkan oleh mobilitas itu.